Sabtu, 10 Desember 2016

Sebait Kata untukmu

Kau memiliki hatinya tapi tak mampu memiliki raganya atau kau lebih memilih memiliki raganya tapi tak mampu memiliki hatinya???
 Jika seseorang bertanya padaku, maka aku akan lebih memilih memiliki hatinya tapi tidak dengan raganya. Aku tak ingin menjadi egois dengan memaksanya bersamaku walaupun kutahu hati manusia seperti musim yang kadang selalu berubah.
Aku paham, aku akan terluka. Tapi apa bahagianya? Sekalipun dia selalu berada disisi kita, namun hatinya bukan disisi kita. Bahagianya bukan dengan kita.
Karena bagiku bahagianya pun adalah bahagiaku.
Bukankah derajat tertinggi dalam mencinta adalah kerelaan dan keikhlasan??
Bukannya aku pecinta yang munafik.
Tapi seseorang pernah berkata padaku, tidak ada cinta manusia yang kekal.
Hati manusia bisa berubah, ya termasuk aku yang mungkin sekarang begitu mengagumi, tapi besok bisa membenci sejadi-jadinya.
Jika kau ingin mencari cinta yang kekal, Cintailah Dia. ALLAH. Pemilik cinta yang hakiki, yang tak akan mendustakanmu.
Karena pada dasarnya semua yang kita punya, seluruh yang ada dimuka bumi adalah milikNya.
Mungkin sekarang aku tak mampu membuatnya berada disisiku. Ya, dia meninggalkanku.
Tapi aku sadar, bukankah suatu saat nanti aku pun juga akan ditinggal olehnya?
Ya, hanya masalah waktu. Tapi pada akhirnya, semua akan meninggalkan kita.
Ya, sesuatu yang paling dekat dengan manusia. kematian.
Karena semua yang kita miliki hanya titipan Allah.
Iya, aku sudah ikhlas melepasmu.
Aku ingin suatu saat jika hatimu berubah kau tak akan menyesali keputusanmu.
Karena ketika aku sudah benar -benar melepaskan sesuatu, aku tak akan pernah ingin memilikinya kembali.

mendung


Rabu, 07 Desember 2016

Untukmu, Lelaki yang (dulu) Selalu Kuucap Dalam Doa.

Haiii.. untuk kamu semoga kau dapat membaca surat ini..
Bagaimana perasaanmu sekarang? Semoga bahagia.
Masih terekam ditelinggaku, suara paraumu saat kau menyuruhku pergi dari hidupmu, mengusirku menjauh dari hatimu. Kau putuskan hubungan yang selalu ku jaga dan aku banggakan. Kau tutup pintu hatimu rapat-rapat hingga aku pun menyerah untuk memperjuangkannya.
“Melupakanmu?? Itukan yang kau inginkan?”
Tak banyak yang dapat kutulis, aku hanya ingin berterima kasih padamu.

 Darimu aku belajar bersabar menanti selama 5tahun. Darimu pula aku yang manja belajar menjadi gadis mandiri setelah menjalani LDR yang melelahkan. Dan terima kasih pula untuk luka ini, karenamu, aku menjadi gadis yang tabah dan terampil merawat luka hati. Oh ya, sekarang ibu sering memuji masakanku.
“Kau ingat, kau suka gadis yang pandai memasak?”

Meski luka perih ini masih meninggalkan bekas, aku masih bersyukur mengenalmu. Karena walau singkat setidaknya aku pernah merasakan indahnya cinta.

“Ya, aku seperti dapat terbang melayang diudara. Menggantungkan asa dan cita. Menghiasnya dengan taburan doa suci untukmu. Hanya kamu.”


Walau akhirnya kau jatuhkan segala mimpiku. Kau lemparkan butiran-butiran harapanku. Hingga aku tersadar kau hanyalah angin yang bertiup. Datang dan tak pernah kembali lagi. Kau memang bukan untukku. 

Surat Kecil Untuk Kamu yang Terpisah Perbedaan

  • Hai apa kabar kamu??

  • Masihkah kau merasa sedih ketika mengenang tentangku??
    Atau kau telah lupa tentangku??
    Ataukah telah ada wanita yang menghapus airmatamu dan mengenggam erat tangamu saat ini?? Tak sepertimu yang mungkin baik-baik saja.
    Kabarku tak begitu baik sekarang, aku masih sering teringat padamu terkadang.
    Yah, aku merindu.
    Sakit masih.
    Tapi sakit yang sekarang kurasa tak sesakit saat itu.
    Saat kau permisi untuk pergi meninggalkan hatiku.
    Lagi-lagi aku harus mengalah mengabaikan egoku.
    Dan menahan luka sendiri.
    Kurasa kau benar, sakit yang kita rasa akan sembuh seiring berjalannya waktu.
    Saat itu pun aku menyerah.
    Aku kembali harus melepas apa yang kuyakini akan menjadi akhir pencarianku.
    Bukan, bukan karena lelah untuk berjuang.
    Tapi perbedaan ini.
    Perbedaan yang tak mungkin akan bersatu.
    Perbedaan yang tak berujung.
    Kau tetap kekeuh dengan pilihanmu.
    Dan aku pun tak mampu berpaling dari pilihanku.
    Sungguh aku tak menyesal mengenalmu malah aku berterima kasih.
    Darimu aku belajar bersabar.
    Ikhlas.
    Dan tak membenci.
    Dan satu lagi terimakasih untuk kehadiranmu yang mampu mengobati lukaku yang sebelumnya.
    Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi dengan melempar senyum lepas tanpa sesal.
    Aku dengan pria pujaanku dan kau dengan wanita idamanmu.
    Jika dikehidupan ini kita tak mampu bersama semoga dikehidupan berikutnya kita dapat bersama tanpa ada perbedaan. ✍